0
LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah salah satu kata kunci dalam usaha pergerakan masyarakat, terutama bagi kepentingan yang mengarah pada perubahan. Faktor pendidikan adalah salah satu faktor modal menuju perubahan. Semakin besar keinginan akan perubahan maka semakin banyak stamina dan modal yang harus dikumpulkan untuk menopang keberadaan gerakan rakyat. Pendidikan rakyat sebagai proses pendewasaan sangat diperlukan. Kondisi rakyat dalam keterpurukan ekonomi dan politik semakin membuat upaya pendidikan dirakyat menjadi terganggu bahkan semakin menjadi image yang memperburuk makna pendidikan. Pendidikan semakin tidak populer di mata rakyat, pendidikan baik formal maupun informal menjadi asing dan mulai ditinggalkan. Pendidikan yang sudah  dirasakan oleh masyarakat memang tidak pernah menjanjikan dan membawa angin perubahan di rakyat. Nasib rakyat tidak mengalami perubahan bahkan semakin terpuruk di lembah kemiskinan dan ketidakberdayaan yang parah.

Sekolah sebagai salah satu media pendidikan yang terformat secara sentralistik tersebut ternyata menjadi panutan imajinasi rakyat selagi masih mampu untuk memimpikannya, dan selagi masih mampu menyediakan fasilitas khusus memenuhi tuntutan perjenjangan atau sistem klas didalamnya. Ada kepala sekolah, guru, ada murid kemudian ada waker, tukang kebon dan sebagainya jika didetailkan muncul penggolongan. Apalagi bila ditelaah lagi masuk pada satu sistem pengklasan dalam sekolahan yang nampaknya seperti wajar-wajar saja (rasional), bahwa perangkat disitu wajib. Secara otomatis akan muncul mekanisme antara superordinat dan subordinat, berarti sejak awal kedudukannya sudah tidak lagi sederajat. Kemudian bagaimana dengan aturan, gaya bertutur, prilaku keseharian, cara berpakaian dan sebagainya adakah pengaruhnya ? Belum lagi grade/ peringkat dalam spesifikasi atau derajat kemampuan guru dan murid, muncul juga yang namanya sistem perjenjangan kelas berdasarkan sistem tadi, hal ini efek ataukah asal penyebabnya ?

Keterbukaan sistem dan mekanisme yang ada di Universitas sebenarnya agak sedikit mengalami perubahan atas pemahaman demokrasi di wilayah kampus, beberapa fenomena kekinian bahwa wilayah sentralistik kekuasaan mulai terdesentralisasi dan menjadi arahan gerakan reformasi sistem pendidikan. Kemajuan demokrasi diawali dari proses keterbukaan dalam akumulasi aspirasi umum, beberapa institusi pendidikan tinggi yang beken dimata masyarakat mulai membuka wilayah yang dulunya sangat eklusif menjadi wilayah publik yang boleh dijamah oleh tangan-tangan dari luar. Apakah gejala di kampus ini dengan kesadaran baru akan membawa ekses yang meluas diseluruh sudut celah civitas akademika, sehingga diharapkan mampu merubah dan mendinamisir sekian kemandegan dari sistem yang sudah dipatenkan. Sirkulasi sistem kekuasaan di Universitas bisa dikatakan lebih demokratis, yang dapat berubah 180 derajat. Hasilnya masih naif, justru memunculkan industri pendidikan yang dikelola oleh perusahaan.

Kenyataan di rakyat jelas tidak sama kondisinya dengan yang ada di kampus (atau sebaliknya), demokrasi masih dalam tahapan pembelajaran setelah bergulirnya reformasi, sedang untuk mencoba belajar dan memahaminya semakin banyak prosedur yang berusaha menjadi penghalang. Proses kehidupan yang secara sosio kultural di masyarakat telah mempengaruhi peradaban kegiatan sosial kemasyarakatan termasuk politik dan budaya. SR sebagai salah satu sumbu menuju pada “perubahan” baik secara kultural maupun struktural dimulai dari kelompok tertindas. Pendidikan metode SR merupakan syarat awal untuk mengadakan proses olah pandangan, persepsi, atau wawasan tentang membangun gerakan rakyat, dengan asumsi bahwa kesadaran berpikir kritis perlu adanya intervensi yang membangunkan cakrawala. Terukurnya hasil pendidikan di SR ini adalah masa aktifitas peserta didik dengan kesatuan kerja organisasi rakyat, kesadaran posisi dan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk “perubahan” yang kesejahteraan bersama. Untuk materi-materi tambahannya adalah suasana kenegaraan yang dikemas dalam pandangan situasi politik nasional dan internasional yang sangat mempengaruhi proses kehidupan di pedesaan.

KERANGKA PENDIDIKAN  DI SEKOLAH RAKYAT (SR)
Kelompok basis/Organisasi Rakyat
Kelompok basis yang telah terbentuk dan mempunyai aturan atau prosedur keorganisasian sehingga mampu menjalankan mekanisme organisasi secara teratur. Pengambilan keputusan dan beberapa aturan yang mendukung proses dinamika organisasi telah menjadi semangat demokrasi di OR (organisasi Rakyat). Dan untuk kebutuhan penguatan wawasan dan pengetahuan telah menyepakati pentingnya media pembelajaran bersama.
Analisa Sosial
Pemetaan potensi wilayah dan potensi diri dalam wilayah perlu proses analisa. Identifikasi ini merupakan bahan untuk menyusun kekuatan dan meminimkan kelemahan sehingga menjadi kemampuan internal OR. Ansos tersebut dimulai dengan tahapan-tahapan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan OR untuk menyelenggarakannya secara bertahap.
Pendidikan Politik
Pendidikan politik sebenarnya mampu dilakukan bagi kelompok-kelompok yang sudah terorganisir maupun belum, tetapi yang paling penting adalah bagaimana mereka mempunyai persepsi yang sama tentang sebuah keadaan (kasus) yang menimpa mereka atau baru  mau akan. Dikpol secara garis besar  adalah upaya pembelajaran yang secara sengaja untuk menumbuhkan kesadaran dalam kehidupan bernegara. Bahwa dikpol mengutamakan tuntutan taktis atau sesaat dengan target-target sederhana dan menjadi pemicu semangat untuk lebih berhimpun dan berkelompok secara lebih solid. Merupakan kepentingan OR untuk mengukur kesiapan secara kelembagaannya dalam menghadapi  atau mengantisipasi “perubahan” yang datang.

MATERI SEKOLAH RAKYAT
Dalam SR materi yang harus dijelaskan posisi OR dalam melakukan kelanjutan proses penguatan organ perlu adanya  pendidikan politik. Artinya bahwa kelompok tersebut telah mempunyai analisis sosial akumulasi aspirasi dengan aktualisasi munculnya tuntutan-tuntutan taktis dari penindasan yang menimpanya. Setelah itu baru mencoba menyusun rencana yang periodik untuk menemukan kerangka strategis penguatan OR. SR ditempatkan sebagai amunisi yang mempunyai daya tahan dalam perjuangan klas ke masa depan. Dengan demikian penguatan kapasitas organisasi mempunyai kecenderungan demi kepentingan kaderisasi.

BAHAN-BAHAN MATERI SEKOLAH RAKYAT (SR)
1.    Bacaan
Bahan bacaan di SR adalah bacaan rakyat, yang diserap dari lokalitas setempat misalnya sejarah desa, legenda, cerita lisan/dongeng dan pelajaran yang didapat dari pengalaman identifikasi sosial di masyarakat (Ansos) ini nantinya diolah menjadi bahan bacaan yang kontekstual untuk perkembangan SR di wilayah ini. Dan tidak mesti harus berupa tulisan bisa berupa nyanyian maupun dongeng versi SR. Bahan bacaan lainnya adalah bacaan penunjang adalah bahan serupa yang didapat dari daerah lain (SR di daerah lain). Bacaan-bacaan ini menjadi bahan yang wajib di sosialisasikan dan di bumikan sebagai semangat gerakan kepada anggota SR dan masyarakat lokal.

Bacaan wacana gerakan perjuangan klas, secara bertahap dicairkan ke kognisi peserta didik SR agar nantinya mampu mengolah antara pengertian setempat dan kepentingan jaringan perjuangan dengan pihak di luar OR. Wawasan dalam bentuk bacaan yang perlu dibumikan antara lain Marx/MDH (alat produksi), kisah perjuangan Mao (desa mengepung kota dan kontradiksi),  manajemen konflik dan teori-teori sosial (sosiologi), beberapa pemikiran filsafat (barat maupun Asia) termasuk islamologi, pengetahuan HAM , pemetaan konstalasi politik,. Dan materi skills yang dikemas dengan beberapa contoh kasus/pengalaman orang-orang misalnya, Advokasi , pengorganisasian penulisan kreatif dan apresiasi (statement/selebaran), musyawarah. Pendekatan yang dilakukan secara bertahap dan tetap menggunakan pendekatan andragogis dan partisipatoris.

2.    Media
Dalam menggugah sikap kritis dan memunculkan kemampuan apresiasi dalam proses belajar di SR dapat pula memfungsikan beberapa perangkat teknologi yang mendukung misalnya media audio visual (film) kemudian media gambar lainnya misalnya foto, lukisan atau karikatur. Pemberian materi ini tidak terlepas dari kebutuhan anggota dan sikon yang terjadi dalam proses, untuk alternatif lainnya bisa pula digunakan puisi, lirik lagu maupun pementasan teater pilihan media bisa apa saja, tetapi yang paling penting bagaimana komunikasi dan daya interpretasi, apresiasi anggota SR perlahan-lahan menjadi tajam dan kritis.

3.    Kurikulum
Kurikulum bakunya adalah menyesuaikan dengan trend/musim setempat dengan pertimbangan arahan target capaian di SR. Yang tidak baku adalah melihat sikon dinamika setempat ini berhubungan dengan kebutuhan yang berhimpitan antara SR dan kecenderungan setempat diwaktu tertentu, maka dimungkinkan untuk disusun ulang sesuai dengan kesepakatan. Jika perlu untuk memudahkan mengamati tahapan-tahapan dalam proses belajar di SR maka membuat modul belajar SR sehingga dapat diatur dan disiapkan kebutuhan-kebutuhannya. Dalam kurikulum SR tidak dikenal capaian yang tidak mungkin (menjadikan semuanya itu mungkin tercapai) tetapi untuk memulainya bisa dari sesuatu yang jelas ada dan mampu (meski kecil). Karena sesuatu yang dimulai dari hal yang paling kita pahami secara tuntas tersebut akan lebih nampak keeksistensiannya dan konsistensinya mampu terjaga.

4.    Keahlian
Materi keahlian bagi sebuah pendidikan alternatif seperti SR sangat dibutuhkan untuk pengembangan dan konkritisasi sebuah ide atau gagasan (dimaterialkan). Perlu diadakan penelusuran kemampuan diantara kader SR, maka proses menjadikan seorang kader mempunyai keahlian khusus sehingga dapat menjadi nilai lebih. Terutama kemampuan teknis menyangkut ideologi kelompok (CO, agitator, kontra intelejen [telik sandi], orator, konseptor ataupun stratak) atau kemampuan teknis dalam pengelolaan bidang dan sektoral (perkebunan, pertanian, gudang, pabrikisasi/industri, penguasaan mekanik dan alat, manajemen dan administrasi) mengenai pendalamannya akan diadakan materi khusus. Diatur setelah program materi SR mampu tersosialisasi dengan tahapan-tahapannya. Sebagai bahan penjagaan sikap dan stamina keberpihakan serta daya tawar dimungkinkan dalam materi SR ada proyeksi untuk melakukan kegiatan produksi (kongkrit), yang mengarah pada penguatan keyakinan dan penataan manajemen gerakannya.

5.    Pemetaan Politik
Pemetaan dan konstalasi politik merupakan pengetahuan tambahan yang berguna sebagai sarana pengolahan pisau analisis anggota SR. Bisa dimulai dari kehidupan yang paling dekat dimereka (lingkungan), kemudian diajak melihat beberapa kondisi politik yang berkembang saat itu (trend) baik daerah maupun nasional. Membikin kertas kerja ataupun penyusunan tulisan ide dan gagasan adalah bagian dari proses belajar dalam melakukan pemetaan politik sebagai kemampuan reaksioner maupun kemampuan membaca gejala (antisipatif dan visioner), ini penting karena dalam kondisi perpolitikan era transisi menuju demokrasi sangat dimungkinkan balik arah dan perubahan sikap politik di elite-elite kekuasaan demikian cepatnya. Untuk itu kesigapan (bukan kegagapan) menghadapi “perubahan” yang mesti disiapkan sedini mungkin. Mungkin bisa di personifikasikan dengan kasus-kasus yang terjadi dan melibatkan persaingan kekuatan-kekuatan politik desa.

6.    Memfasilitasi  proses belajar
Dalam mekanisme ini lebih cenderung untuk memfasilitasi cara mempermudah belajar dari anggota SR secara mandiri dan aktif, metode diskusi group salah satu cara untuk lebih membebaskan gairah pembicaraan. Peserta didik SR didorong untuk dapat mengatasi problem maupun keperluan proses belajarnya. Keperluan memfasilitasi kesepakatan waktu belajar dan “ruang” belajar akan berguna untuk kelangsungan SR. Untuk kepentingan pengisian yang membutuhkan referensi dari fasilitator atau tutor hanya sebatas sebagai pengantar diskusi. Pengaturan lalulintas pembicaraan perlu diadakan ketua kelas (panel moderator), sekaligus dapat membuat kesepakatan jadwal belajar dan menyusun harapan dan target proses belajar tadi (setiap kali tatap muka). Untuk kemudian dilanjutkan lagi dalam pertemuan selanjutnya (bisa penajaman atau berganti topik bahasan).

MODUL
Tujuan   :
1.    Peserta mengerti tentang Latar dan prinsip dasar dari sekolah rakyat serta perbedaannya dengan pola pendidikan saat ini.
2.    Memberikan pemahaman kerangka pendidikan sekolah rakyat
3.    Peserta mengerti prinsip-prinsip materi dalam sekolah rakyat
4.    Peserta mengerti dan memahami bahan materi dalam sekolah rakyat

Pokok Bahasan :
1.    Dasar dan latar fasilitasi sekolah rakyat
2.    Membahas kerangka fasilitasi sekolah rakyat
3.    Membahas materi fasilitasi sekolah rakyat
4.    Membahas bahan materi sekolah rakyat

Metode :
1.    Dialog.
2.    Diskusi kelompok.

Waktu : 2 jam efektif

Fasilitator : CO atau Kader Tani

Alur :
1.    Perkenalan sebagai pembukaan tentang latar dan prinsip dasar dari sekolah rakyat serta mengapa diperlukan adanya sekolah rakyat
2.    Mengajak peserta untuk melihat kerangka pendidikan sekolah rakyat yang meliputi pendidikan kelompok basis, analisa sosial dan pendidikan politik
3.    Membahas bersama peserta prinsip – prinsip materi dalam sekolah rakyat yang memunculkan proses kaderisasi dalam kelompok basis
4.    Membahas beberapa bahan materi dalam pelaksanaan sekolah rakyat serta teknik fasilitasi sekolah rakyat

Posting Komentar

 
Top